Minggu, 23 September 2007

Bahan Baku Naik, Produksi Getuk Turun

Harian Umum Suara Merdeka, Rabu, 14 Maret 2007

BANYUMAS -

Produksi makanan khas asli Sokaraja, getuk goreng, mengalami penurunan sangat tajam sebagai dampak naiknya harga bahan baku. Menurut karyawan perusahaan Getuk Goreng Asli No 1 Haji Tohirin, Catur (27), penurunan itu telah berlangsung sekitar dua bulan.


Sumber : http://www.suaramerdeka.com/harian/0703/14/x_ban.html

Getuk Goreng Tidak Laku jika Dijual di Kota Lain

Getuk goreng semakin populer setelah salah satu penyanyi langgam gendinggending Jawa, Waljinah, pada tahun 1974 membawakan sebuah lagu berjudul Getuk Goreng. Tohirin mulai diundang mengikuti sejumlah pameran produksi yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah (pemda) setempat.

Diakui Tohirin, beredarnya lagu Getuk Goreng merupakan salah satu promosi yang membuat produknya dikenal di berbagai kota. Pada tahun 1985, getuk goreng memasuki masa jaya. Pesanan dari Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta mengalir sehingga banyak orang tertarik pada jenis usaha tersebut. Tohirin sendiri mampu memperbesar usaha dengan menambah jumlah toko menjadi tiga buah. Ketiga toko berlabel "Getuk Goreng Asli Haji Tohirin", yang kemudian diberikan kepada tiga anaknya yaitu Waryati, Slamet Lukito, dan Warsuti. Kini, keluarga Tohirin memiliki sembilan toko di kawasan Sokaraja, dan satu toko di perempatan Buntu, Kabupaten Banyumas.

LEBARAN merupakan masa-masa panen bagi keluarga Tohirin dan puluhan toko getuk goreng di kawasan Sokaraja. Delapan toko Tohirin tak pernah sepi, pembeli datang bergantian.

"Jika hari raya seperti ini, biasanya kami menambah produksi menjadi dua kali lipat. Dan, pasti habis," ujar Tohirin.
"Saya pernah akan mengganti besek itu dengan dus kertas. Biar inovatif. Tetapi, pembeli justru tidak mau," ujar Tohirin.

Sebenarnya, Tohirin ingin mengembangkan usahanya ke kota-kota lain. Namun, beberapa kali hal tersebut dicoba, namun hasilnya tidak menggembirakan. Orang tetap percaya, getuk di Sokaraja lebih enak dan getuk kota lain adalah palsu. Hal ini terbukti saat Tohirin bersama rekannya mencoba membuka cabang di Semarang. Konsumen ternyata tidak mempercayai bahwa toko getuk goreng tersebut merupakan cabang Sokaraja. "Semua mengira palsu, padahal spanduk dan label yang dipasang sama. Toko kami di Buntu juga tidak begitu ramai, cuma hari besar atau liburan saja dikunjungi banyak pembeli," ujar Tohirin.

Selain di Sokaraja, Tohirin memiliki pengalaman buruk yakni produknya dipalsu orang. Sehingga, pihaknya kini selektif dalam memilih dan melayani pesanan partai besar atau melayani pesanan sebuah toko. "Sebab, kunci keberhasilan saya adalah menjaga mutu dan kualitas getuk goreng," ujar Tohirin. Itu pula sebabnya, ia tidak pernah merasa tersaingi dengan munculnya toko-toko getuk yang baru di Sokaraja. (ana)


Sumber : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0212/26/jateng/60264.htm

Hipotesa Kecap Masak No.1 Cap Ikan Lele

Haha..ada postingan yg ketinggalan nih..tentang kecap masak cap lele..

Kalau pertama kali lihat packagingnya, pasti langsung ada kesan tradisional. Kesannya indonesia banget. Dengan pewarnaan yang dapat dibilang seadanya, packaging ini terlihat cukup menarik. Pemilihan warna merah hijau nya itu membuat packaging sederhana ini tidak terlihat suram. Pita merahnya memberikan kesan feminin, terlebih lagi didukung dengan adanya ornamen di keempat sisi nya. Apakah hanya perkiraan saya saja atau memang demikian, tapi packaging ini berbeda dengan packaging kecap-kecap yang sekarang beredar dipasaran.

Kecap-kecap yang banyak beredar dipasaran sekarang ini, packaging nya tidak lagi memberikan kesan "ini lhoo kecap yang cocok untuk digunakan oleh ibu rumah tangga" dan memberikan design packaging yang menarik untuk ibu-ibu rumah tangga, tetapi lebih condong ke arah design yang tegas, simpel, dan memiliki brand image yang kuat. Hal ini mungkin disebabkan oleh target market mereka yang meluas, kalau dulu kan urusan dapur kayaknya cuma urusan perempuan aja, makanya design kecap masaknya juga sengaja dibuat feminin, sehingga menarik bagi ibu-ibu rumah tangga (karena itu saya menganggap packaging kecap masak cap ikan lele ini tradisional). Saya pribadi belum mendapat tahun pembuatan design packaging kecap masak cap lele ini.

Menurut informasi yang saya peroleh, kecap masak cap lele ini cukup terkenal diantara para menikmat jajanan nusantara. Kecap ini diproduksi di Pati, Jawa Tengah dan memiliki banyak peminatnya dan telah berhasil mengembangkan sayapnya sampai ke Jogjakarta. Bahkan sering kali warga Jakarta yang pernah berkunjung ke Pati, sengaja nitip kecap masak cap lele ini sebagai oleh-oleh khas Pati kepada teman atau kerabatnya yang berkunjung ke Pati. Pabriknya terdapat di jalan arah Juwana, tapi sayang saya belum berhasil mendapatkan info lebih lengkap mengenai alamat detailnya. Pemilihan nama cap lele ini sendiri dikarenakan bahan yang digunakan untuk membuat kecap ini adalah kulit lele. Jadi ya ngga heran kan pemiliknya memberikan nama cap lele. Tetapi proses dan cara pembuatan nya belom diketahui, mungkin karena merupakan pabrik kecil mereka tidak memberikan ulasan lengkap mengenai produknya di internet. Saya sendiri mendapatkan info ini dari para pencinta kecap masak lele ini yang menulis di blog-blog mereka.Kecap masak cap lele sendiri sebenarnya hampir sama seperti kecap ikan yang banyak anda temui di supermarket, namun rasa nya agak manis, tidak asin dan legit.

Mengenai packaging nya, saya tidak banyak mendapatkan informasi, mungkin nanti apabila saya mendapat tambahan informasi akan saya post lagi di blog..

Sumber:
www.pisangkremes.com/?p=307
www.pisangkremes.com/?p=10
http://suluhpratita.multiply.com/photos/album/136/esuk-esuk_nyoto
http://blog-indonesia.com/blog.php?page=2&blogger=3316

Sabtu, 22 September 2007

Hipotesa Anggur Kolesom Cap Orang Tua

Produk Anggur kolesom ini tidak memiliki logogram, hanya memiliki logotype, yaitu " Anggur Kolesom". Font yang digunakan untuk logotype memiliki 2 jenis, yaitu serif(impact) dan san serif. Produk ini diproduksi oleh Cap Orang Tua sejak tahun 1948 dengan PT. Perind. "BAPAK DJENGGOT" tangerang-Indonesia.
Produk ini diperuntukkan bagi laki-laki dengan komposisi terdiri dari hasil fermentasi anggur, karamel, gula pasir, spirit anggur(essence anggur), air, dan ekstrak kolesom. Selain itu secara kimia, "Anggur Kolesom" mengandung Kalsium dan Ferrum (zat besi), yang masing-masing sebesar Ca 28 mg dan Fe 0.8 mg. Kalsium memiliki khasiat untuk membantu perkembangan tulang dan gigi yang kuat sedangkan Ferrum berkhasiat untuk membantu pembentukkan sel darah merah.
Informasi data produk ini baru kita dapatkan seperti yang tertera diatas, hal ini dikarenakan produk ini sudah tidak terdaftar di website orang tua dan BAPAK DJENGGOT.


Sekian hipotesa dari kami, maaf jika ada salah kata hehehehe.....

Jumat, 21 September 2007

Shield pada Packaging Getuk Goreng Hj. Tohirin

Kalau dilihat lihat, pada kemasan getuk goreng yang akan kita bahas lebih dalam ini, terdapat gambar tameng seperti tameng yang digunakan untuk berperang pada tentara eropa jaman dahulu. Mengingatkan kita kepada film-film tentara romawi yang selalu menenteng tameng dan pedang kemana-mana.

Setelah diteliti, ternyata tameng sudah mulai dikenakan oleh Praetorian Guard pada tahun 275 SM. Praetorian Guard adalah pasukan khusus yang dibentuk sebagai bodyguard nya roman emperors. Namun bentuk nya belum menyerupai tameng yang kita lihat di packaging ini. Shield yang kita lihat pada packaging getuk goreng, biasa disebut kite shield, yaitu tameng yang bentuk nya seperti tetesan air yang terbalik atau bentuk nya menyerupai layang-layang. Kite shield mulai dikenal sekitar abad ke 10-12. Dipercaya sebagai perbaikan bentuk dari shield yang kotak atau yang bundar.

Jadi apa karena pengaruh film-film barat tentang romawi dan perang-perang dieropa jaman dahulu itu makanya terdapat packaging seperti ini? Atau karena si designer packaging ini pernah melihat Royal Coat of Arms of United Kingdom?


Royal Coat of Arms of United Kingdom ini pasti sering anda lihat juga sebelum-sebelumnya. Walaupun mungkin bukan jenis ini, karena banyak sekali jenis-jenis nya. Coat of Arms dikenal di negara2 dominion inggris,seperti skotlandia,irlandia,wales,dll. Coat of Arms sendiri adalah design khusus milik seseorang atau kelompok tertentu yang mereka gunakan dgn berbagai macam cara. Tidak seperti seals dan emblem, coat of arms memiliki deskripsi formal yang biasa dikenal luas oleh masyarakat, tepatnya ini digunakan sebagai identitas, contohnya sama seperti bendera yang digunakan suatu negara. Coat of Arms biasa nya digunakan di depan gedung pengadilan, kantor-kantor negara, dll.

Sekarang ini, masyarakat sudah familiar dengan coat of arms seperti diatas. Banyak sekolah-sekolah di Inggris yang menggunakan coat of arms sebagai lambang sekolah mereka. Hal seperti ini sudah banyak diketahui masyarakat indonesia melalui banyak media, terutama lewat film-film di televisi. Seperti pada film harry poter contohnya, beberapa kali mereka menampilkan coat of arms sebagai lambang sekolah mereka.


Apabila diperhatikan, ada kemiripan bukan, di antara gambar coat of arms diatas dengan tameng yang ada di packaging gepuk goreng yang kami miliki? Sama2 menggunakan perisai, ada pegangan disamping perisai sebagai ganti nya singa-singa yang memegang perisainya, ada mahkotanya pula. Namun mengapa si designer packaging gepuk goreng ini memilih untuk menggunakan lambang ini pun masih belum diketahui dengan jelas. Karena tidak ada narasumber yang dapat di wawancarai untuk mendapat keterangan ini, maka kami hanya masih dapat mengira ngira alasannya.

Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Praetorian_guard
http://en.wikipedia.org/wiki/Shield
http://en.wikipedia.org/wiki/Kite_shield
http://en.wikipedia.org/wiki/Royal_coat_of_arms_of_the_United_Kingdom

Getuk Goreng..




Getuk Goreng adalah Penganan yang dibuat dari ketela Pohon/singkong/cassava ini mulanya dibuat seperti membuat getuk pada umumnya. Penganan dari Sokaraja ini yakni ketela yang sudah menjadi adonan getuk dan digelar di atas meja besar. Bila sudah dingin, adonan setebal 3-5 cm yang digelar di atas meja itu dipotong-potong dalam ukuran kecil, baru digoreng. Setelah jadi, getuk tersebut ditumpuk di atas meja atau dikemas dalam besek berukuran kecil. Satu besek berisi setengah kilogram getuk goreng, berisi hingga 50 butir.

Getuk goreng ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1918 oleh Sanpirngad, seorang penjual nasi keliling di daerah Sokaraja. Pada saat itu getuk yang dijual tidak laku, sehingga beliau mencari akal agar getuk tersebut masih bisa dikonsumsi. Kemudian, getuk yang tidak habis dijual pada hari itu dia goreng dan dijual lagi. Ternyata, makanan baru tersebut digemari oleh para pembeli. Rasa cemilan baru ini pas bagi lidah masyarakat Banyumas waktu itu. Tak sedikit pejuang kemerdekaan yang mampir ke warung Sanpirngad, sampai akhirnya produknya dikenal banyak orang.
Toko pertamanya diberi nama nomor 1.

Oleh Sanpirngad, warung tersebut diwariskan kepada Tohirin, menantunya. Di tangan Tohirin, getuk goreng mencapai masa puncak
hingga bertambah maju. Ia mampu mengubah sebuah warung nasi rames menjadi tiga buah toko getuk goreng di Sokaraja. Oleh anak cucu Tohirin, tiga toko itu dikembangkan lagi sampai akhirnya menjadi sembilan buah toko, delapan di antaranya di Sokaraja dan satu toko di Buntu Banyumas. Di luar dinasti Tohirin, mereka pun mendirikan pusat-pusat jajanan khas Purwokerto dengan menu utama getuk goreng. Rasa manis getuk goreng telah memikat ribuan orang. Karena itu pada masa menjelang dan sesudah lebaran tak sedikit pemudik yang menyempatkan diri mampir untuk membeli makanan ini sebagai oleh-oleh.

Saat ini getuk goreng dapat dengan mudah ditemui di sepanjang jalan di Sokaraja. Getuk yang digoreng juga bukan lagi getuk yang tidak laku dijual, melainkan sengaja dibuat untuk digoreng. Terletak sekitar 7 km timur Kota Purwokerto, kota kecil ini dikenal sebagai pusat jajanan. Sokaraja, demikian nama kota ini terletak di jalur utama Purwokerto-Semarang dan Purwokerto-Yogyakarta. Di kanan kiri sepanjang kota ini bisa dijumpai toko memajang berbagai jenis penganan khas Banyumas, terutama getuk goreng sokaraja.

Sebagai kota asal getuk goreng, di Sokaraja sekarang terdapat puluhan toko penjual getuk goreng. Ada getuk goreng asli H Tohirin yang mendominasi penjualan jajanan ini karena tokonya lebih dari 6 buah.

Pada saat menjelang dan sesudah Lebaran, toko penjual getuk goreng akan ramai pembeli. Karena itu saat ini penjualan makanan ini masih sepi mengingat pemudik belum banyak terlihat. Hal itu juga tampak di toko getuk goreng Asli 1 dan Asli 7 di Jl Jenderal Soedirman Sokaraja yang dikelola H Mahdori, salah satu anak H Tohirin, kemarin belum begitu ramai.

Kebanyakan orang membeli getuk goreng dan penganan khas lainnya ini untuk oleh-oleh. Jarang sekali getuk goreng Sokaraja dipasarkan atau dikirim ke luar daerah seperti produk lain. Hal ini disebabkan makanan khas dari ketela ini tak tahan lama.

Getuk goreng sangat potensial dijadikan komoditas unggulan. Persoalannya, produk panganan ini pemasaran dan distribusinya belum berjalan. Sebab produsen hanya mengandalkan pembeli yang datang ke tokonya.

Uniknya getuk goreng juga dapat disimpan dalam waktu beberapa hari tanpa rasa basi dan bau apek., untuk hasil maksimal (beberapa hari), digoreng lagipun tak masalah. Dijual dalam kemasan besek minimal 1/2 kg dengan harga sekitar Rp. 6000 sampai dengan Rp.7000/besek. Dinikmati dalam keadaan dingin ataupun panasa sama ajak nikmatnya.

Sebenarnya makanan ini sudah dikenal di berbagai kota. Terutama, melalui agen-agen travel tujuan Bandung, Jakarta, Semarang, dan kota lain. Agen travel tersebut saat lewat Sokaraja menyempatkan mampir dan penumpangnya membeli oleh-oleh khas Sokaraja itu.
Jumlah pembeli getuk goreng selama arus mudik dan balik lebaran biasanya meningkat pesat. Selain pemudik, tidak sedikit wisatawan domestik yang datang ke Sokaraja sengaja mencari getuk goreng. Dalam sehari getuk goreng yang terjual 1,5 kuintal.

Sumber :
www.sinarharapan.co.id
id.wikipedia.org/wiki/Getuk_goreng

Hipotesa Kecap Cap Zebra

Setelah beberapa saat saya research di internet, inilah beberapa hal yang saya dapat mengenai Kecap cap Zebra ini..

Kecap cap Zebra adalah kecap yang konon katanya masih dibuat dengan handmade, yang pusat produksinya ada di Bogor. Sebagai market leader di Bogor, kecap ini cukup terkenal di Bogor. Bahkan saya sempat membaca di sebuah blog yang memuat resep-resep, sempat menulis bahwa ada resep yg harus dibuat dengan kecap ini, kalau nggak rasanya tidak akan sesedap seharusnya.. hahaha sampe segitunya ya?

Lantas, harga kecap ini sepertinya tidak berbeda jauh dengan harga kecap-kecap pada umumnya di jakarta, mungkin agak sedikit lebih murah dibandingkan dengan kecap ABC. Kemasan kecap zebra ini terdiri dari 2 bagian, bagian atas dan bawah. Dua-duanya masih dibuat dengan pewarnaan monokrom; mungkin supaya hemat biaya.. hehehe

Kemudian, saya pikir, pikir, pikir, kenapa dia pake lambang zebra ya? Saya search di google untuk infonya tapi ternyata ga ada, terbatas banget.. Dan bingungnya, kenapa kecap di Bogor malah pake lambang Zebra yang konon katanya binatang dari Afrika?? Tapi kemudian saya teringat kalo di dekat2 Bogor banyak kebun binatang, Ragunan dan Taman Safari; dan di Bogor sendiri terdapat Kebun Raya Bogor.. hehe mungkin dia mencoba untuk menjual kecapnya ini dengan mengambil seekor spesies dari obyek wisata terkenal yg di sekitar Bogor, sebagai kota asal kecap ini. Untuk masalah mengapa mengambil kuda zebra, mungkin karena kecap kan warnanya item, jadi akhirnya dipake lah zebra, supaya kompak dengan warna kecapnya.. hahahaha Ya mungkin saja, namanya juga masih hipotesa dan terkaan..

Oh ya, sebagai informasi saja, zebra yang digunakan di sini adalah zebra jantan.. Bagaimana membedakannya tanpa melihat genitalnya? Zebra jantan memiliki kulit dengan latar belakang putih dan garis hitam, sedangkan yang betina adalah sebaliknya..

sumber info:
http://klewung.blog.com/2007/7/
http://label.blogombal.org/2007/03/01/kecap-bergaris/